Masih Ingat Waktu Itu?
Masih ingat waktu itu? Saat ujung jemarimu merambat pelan menyusuri nadiku, terus menurun sampai akhirnya dapatku genggam lekat di setiap sela-sela jemariku. Lalu kau tatap aku seakan-akan Tuhan tak menciptakan waktu. Bagimu saat itu, mungkin asal ada aku, tak peduli semesta ini jadi apa. Asalkan genggaman tangan menjadi saksi bisu Tuhan saat dunia diporak-porandakan sekalipun, kau rela mengakhiri hidup dengan mata berbinar yang kau arahkan ke mataku dan kutangkap dengan tatapan lembut. Lalu larut. Di waktu yang lain, aku masih ingat ketika angin meniup rambutmu, membelainya lembut. Membuat rambutmu berkibas, meluapkan keindahan yang membuatku hampir kehilangan waras. Pegunungan dan kebun teh yang membentang membuat suasana makin khas, apalagi ketika sinar matahari jatuh pas menerpa wajahmu. Lalu apa lagi yang sanggup kukatakan? Sementara kata yang paling romantis tak pantas aku ucapkan, kupasrahkan saja kalimat indah yang tak dapat kudefinisikan pada senja, yang jatuh di wajah