Memaknai Ngopi dan Kopi.
Setelah hampir memutuskan untuk berhenti menulis di laman blog ini. Akhirnya jemariku memilih mengulang kembali untuk memencet tuts lagi. Logikaku juga masih dapat menalarkan hidup dan keunikan di dalamnya. Demi hal-hal tak penting, aku menulis lagi. Memasuki bulan Oktober, tanggal muda membuat dompetku agak berisi. Kiriman orang tua periode kali ini memang kuminta untuk dilebihkan sedikit, dengan dalih aku ingin keluar malam. Menjelajahi sela-sela Jogja yang belum kujamahi di paruh waktu yang kemarin. Mengingat waktuku di sini - kuharap - tak lama lagi. Warung kopi ke warung kopi kujamahi, mulai dari angkringan sederhana sampai cafe milenial dengan masing-masing kebijaksanaannya. Semua mengesankanku dengan suasananya. Di angkringan kopi, aku menyadari bahwa kopi sudah tak perlu lagi ketenaran, tak perlu keahlian, tak perlu kekhususan. Di angkringan, kopi membumi, ia tak dibuat dengan mesin-mesin, kopi dijajakan sesederhana suasananya. Tak peduli latar belakangmu apa, kopi