Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2017

Kalau Memang Aku

23 Desember 2017 Bertanya. Apakah semua hiperbola yang kau ukirkan itu memang untukku? Dan segala tingkah depresi itu apakah memang bentuk keputusasaan atas tidak berdayanya kau dalam merengkuhku? Dan segala nyanyian yang kau jaga aku dari tidurku itu, apakah sebenar-benarnya untukku? Dan jarak yang kau takutkan itu adalah jarak temu kau denganku? Dan apa berjuangmu yang kau tunjukkan itu supaya kau bisa menyetarakannya dengan berjuangku? Supaya 'saling memperjuangkan' bukanlah sebuah kata imajiner yang mengendap membentuk ke-omong-kosong-an? Apakah semuanya itu kau arahkan supaya arahan-arahan ku searah dengan arahanmu? Kalau memang aku, Semoga itu meyakinkanku yang kucari memang kamu.

Semoga Namamu 'Rumah'

17 Desember 2017 Kami melangkah, melanglang buana. Mencari konsepsi kehidupan dan penghidupan. Merangsek kedalam kompleksitas ruang dan waktu. Bertumbuk dengan jutaan partikel yang takkan pernah padu. Memerangi kegilaan hidup, menantang dunia. Lalu kami beririsan, bersinggungan, saling mengindahkan. Lalu disampingnya, ia ubah tanah tandusku menjadi taman bunga. Teriakku menjadi senandung merdu.  Semoga seiring waktu berlalu, ia, tempatku kembali, tempatku berteduh dari beban, tempatku menjatuhkan semua tangisan. Semoga ia, yang mengubah bangunan sederhana menjadi sebuah tempat tinggal. Semoga ia, satu-satunya alasan aku terus pulang. Semoga Namamu 'Rumah'

Sama Sama Menunggu

11 Desember 2017 Tulisanku muncul lagi. Kita berdua tau, kita menumbuhkan rasa yang sama. Menatap dengan kekaguman yang sama. Dan berbicara dengan nada yang senada. Kita beresonansi, saling menyambut sinyal-sinyal yang terpancar melalui tingkah laku kita. Kita sadari itu, tapi kita menampiknya dengan pikiran egois. "Kalau ia tak lebih dulu, tak mungkin aku."  Setidaknya sebelum lebih lanjut membahas kesamaan dan keselarasan, aku sudah menemukan garis tengah atas keserasian. "sama-sama egois" kita tumbuh dengan pikiran itu. Semakin lama kita bersua, semakin tak mau memulai kita. Bagai kita bertemu dipersimpangan jalan yang sama, lalu bertatap, bertukar senyum sampai akhirnya saling melewati dan memunggungi. Tapi hebatnya kita tidak pernah saling melupakan dan terus-menerus saling merindukan. Membuat hiperbola-hiperbola yang sama, menulis dengan susunan aksara yang sama dan melukis dengan kehampaan yang sama. Dan lagi-lagi kita saling membiarkan. "

Menghilang dari tatapan.

10 Desember 2017. Aku sadar beberapa waktu kebelakang sulit untuk mencarimu diberbagai lapis dunia maya. Kalau dulu diwaktu senggang aku dapat menatapi ulistrasi dari dirimu berlama-lama. Sekarang kesempatan itu hilang dan jalan satu satunya adalah menatapmu langsung dengan berdekatan. Dan kuyakin kau paham aku tak seberani itu, menatapmu dalam-dalam, walau dalam diam. Hilangmu kurasakan, namun senyum manismu membekas dan selalu kurindukan. Kalau boleh ku pertanyakan. Mengapa kau hilang dari tatapan?

Hidup itu anugrah

06 Desember 2017. Untukku dan kalian. Hiruk pikuknya rutinitas dengan waktu bernafas yang sangat terbatas membuat diri lepas jauh dari ambang bebas. Jantung yang memompa darah keseluruh tubuh selalu bercerita lelah sementara deadline selalu membuat kerongkongan ingin muntah. Belum lagi hati yang terus dilanda gundah akan ketidakpastian esok hari yang selalu mendatangkan gelisah dan tak kenal sudah. Setelah kau pahami itu semua, ketauhilah. Hidup itu indah. Jalani masalah dengan tatapan cerah. Sambut manusia baru dengan senyum ramah. Ajak mereka untuk sama-sama sumringah. Dan yang paling penting sadarilah. Hidup itu anugrah.