Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2018

Tidak sekarang, nanti.

Banyak yang bertanya padaku, kenapa aku tak menjalin hubungan dengan perempuan di usia dimana gengsi pergaulan sangat menuntut itu. Entah yang membuatku sebagai lelaki sejati katanya, atau sekedar memberitahukan kalau aku 'laku' di mata pasar. Seperti yang beberapa orang tahu, jatuh cintaku sembunyi. Ketertarikan aku jadikan sebait puisi atau tulisan. Namun, tak ada yang aku eksekusi dengan gaya jaman sekarang, 'pacaran'.  Selain aku tak bisa menemukan logika yang tepat untuk gaya tersebut, mengartikan dan mengkorelasikan jatuh cinta dan mengikatnya dalam sebuah hubungan tak berdasar selalu mengganggu penalaranku terhadap berhubungan itu sendiri. Intinya, aku tak mau hubungan yang dibangun tanpa pondasi kokoh, hubungan datang dan pergi, tanpa jaminan dan kepastian. Basi. Setidaknya kupelajari itu dari yang dulu. Lagi pula, skenario terburukku jika aku sampai terpaksa menjalin hubungan itu dengan seorang perempuan. Aku tak tega dan tak rela. Ia harus tau susah

Jatuh Cinta Lagi.

Selang berapa waktu aku tak melihatmu, kupikir aku akan terbiasa dan bahkan sempat merasa lupa dengan apa yang kuhiperbolakan segalanya untukmu dulu. Hari juga berjalan selayaknya 24 jam yang lain. Tak terpengaruh. Lalu kumelihatmu lagi, dan lagi-lagi bukan di momen yang tepat, saat ada urusanku yang sedang tenggat. Aku tak tau apakah kau tau, aku memerhatikanmu dari sela-sela kerumunan. Mencuri waktu yang mungkin secara tak sengaja disediakan semesta untuk sekedar menatapmu. Dari analisaku, kau masih seperti dulu, saat rasa kagumku sedang di puncaknya. Kau masih dengan kesederhanaanmu, dengan senyum tipis yang kugilai dulu. Mungkin kau menjaga untuk tak tampil mencolok, tak mencari-cari perhatian dan itulah yang membuatku semakin jatuh hati dan jatuh lagi. Membuatku semakin tak bisa berkata-kata dan tak sanggup menatapmu lebih lama lagi. Walaupun aku ingin, setidaknya mata kita bertemu. Membuat ada tanda tanya besar muncul di hatiku, apakah masih ada ruang di hatimu untu

Bicara Padaku.

Kalau kau diam saja, mana kutahu. Entah selama ini kita sama-sama masih menunggu, atau malah saling membiarkan. Kalau kamu tanya aku, kekaguman itu tetap ada. Ia bersemayam damai, terpupuk subur, tumbuh. Hanya saja ia bergerak dibawah tanah, masuk keruang-ruang sempit, meraba-raba, mencari jalan menggapaimu. Aku yakin hatimu bergumam, "kenapa tak kau dulu? kau 'kan laki-laki" . Ah sial, aku memang sepecundang itu. Tak ingin mengorbankan hubungan yang sudah kubangun, yang takut nantinya akan menjadi kecanggungan. Kau semakin sibuk dengan ambisimu, dibunuh rutinitas, semakin tak terima dengan kekosongan waktu, kau melaju cepat didepanku. Bahkan bayangmu tak sanggup aku iimbangi geraknya. Dan kuyakin kau tak mau menungguku yang masih belum dewasa. Belum selaras dengan pemahamanmu terhadap laki-laki yang kau idam-idamkan itu. Tentu saja aku canggung, mungkin sama canggungnya denganmu saat kita bertemu dan bahkan sebenarnya kita punya kesempatan untuk bicara lagi