Bicara Padaku.
Kalau kau diam saja, mana kutahu.
Entah selama ini kita sama-sama masih menunggu, atau malah saling membiarkan. Kalau kamu tanya aku, kekaguman itu tetap ada. Ia bersemayam damai, terpupuk subur, tumbuh. Hanya saja ia bergerak dibawah tanah, masuk keruang-ruang sempit, meraba-raba, mencari jalan menggapaimu. Aku yakin hatimu bergumam, "kenapa tak kau dulu? kau 'kan laki-laki". Ah sial, aku memang sepecundang itu. Tak ingin mengorbankan hubungan yang sudah kubangun, yang takut nantinya akan menjadi kecanggungan.
Kau semakin sibuk dengan ambisimu, dibunuh rutinitas, semakin tak terima dengan kekosongan waktu, kau melaju cepat didepanku. Bahkan bayangmu tak sanggup aku iimbangi geraknya. Dan kuyakin kau tak mau menungguku yang masih belum dewasa. Belum selaras dengan pemahamanmu terhadap laki-laki yang kau idam-idamkan itu.
Tentu saja aku canggung, mungkin sama canggungnya denganmu saat kita bertemu dan bahkan sebenarnya kita punya kesempatan untuk bicara lagi seperti dulu. Namun kita berdua memilih diam, karena menyerah untuk saling memperjuangkan dan sudah yakin dengan ketidakmungkinan. Bersamamu merupakan kata metafor yang sulit kuwujudkan.
Bicara padaku, tentang keluh kesahmu.
tentangku atau tentang apapun.
maklumi, beginilah aku.
Tentu saja aku canggung, mungkin sama canggungnya denganmu saat kita bertemu dan bahkan sebenarnya kita punya kesempatan untuk bicara lagi seperti dulu. Namun kita berdua memilih diam, karena menyerah untuk saling memperjuangkan dan sudah yakin dengan ketidakmungkinan. Bersamamu merupakan kata metafor yang sulit kuwujudkan.
Bicara padaku, tentang keluh kesahmu.
tentangku atau tentang apapun.
maklumi, beginilah aku.
Komentar
Posting Komentar