Tidak sekarang, nanti.


Banyak yang bertanya padaku, kenapa aku tak menjalin hubungan dengan perempuan di usia dimana gengsi pergaulan sangat menuntut itu. Entah yang membuatku sebagai lelaki sejati katanya, atau sekedar memberitahukan kalau aku 'laku' di mata pasar. Seperti yang beberapa orang tahu, jatuh cintaku sembunyi. Ketertarikan aku jadikan sebait puisi atau tulisan. Namun, tak ada yang aku eksekusi dengan gaya jaman sekarang, 'pacaran'. 

Selain aku tak bisa menemukan logika yang tepat untuk gaya tersebut, mengartikan dan mengkorelasikan jatuh cinta dan mengikatnya dalam sebuah hubungan tak berdasar selalu mengganggu penalaranku terhadap berhubungan itu sendiri. Intinya, aku tak mau hubungan yang dibangun tanpa pondasi kokoh, hubungan datang dan pergi, tanpa jaminan dan kepastian. Basi. Setidaknya kupelajari itu dari yang dulu.

Lagi pula, skenario terburukku jika aku sampai terpaksa menjalin hubungan itu dengan seorang perempuan. Aku tak tega dan tak rela. Ia harus tau susah dan kerasnya usahaku membangun impianku, ia harus rela kehilangan perhatian karena pada kondisi tertentu aku akan memilih waktu untuk merenungkan diriku dan basa-basi dengan temanku. Aku juga tak tega bila ia harus bertahan dengan keras kepalaku , dengan kasarnya mulutku. Apalagi sekarang aku sedang part-time, menekuni hobi, yang sedang sangat kuusahakan menjadi pundi-pundi pembangun masa depan.

Setidaknya aku belum menemukan yang ingin begitu, yang benar-benar ingin tau aku dan susahku. Dengan betapa kerasnya aku berusaha berdiri diatas kakiku sendiri. Karena itu aku sering berbicara pada diriku sendiri, tahan dulu. Berusaha dulu, cari sesuatu yang bisa membuatku menjamin seorang perempuan dengan itu. Aku tak mau jatuh cintaku remeh-temeh, yang entah kapan dimulai dan kapan berakhir, yang entah apa statusnya dan hanya bermodal 'jalani saja dulu'.

Sebut saja aku terlalu banyak alasan, 
setidaknya aku punya pendirian.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Sekarang

Dad, how did I do?

Sepotong Rindu