Tumpuan
Pagi ini menyejukkan, lebih menuju dingin sebenarnya. Bagai seorang pesakitan, aku ringkih. Aku menangis, bersedih, depresi, stres dan khawatir. Realitas sangat kejam, karena sudah terbiasa sakit, mengaduh pun tak pernah kuungkapkan. Kutampilkan ke tidak pedulianku ke segala hal. Padahal aku memikirkan setiap detailnya dan bagaimana aku harus menyikapinya. Hanya kata-kata yang dapat kurangkai dalam beberapa paragraf, sambil kutekstualkan tangisanku. Mengaduh kepada siapapun kurasa tak perlu, mereka tak ada waktu untuk mendengarkan keluhan orang asing dan kuyakin mereka tak benar-benar peduli. Jadi kupilih jalan pelarian, meyakinkan diri bahwa diri sendirilah yang menentukan bahagia atau tidak, dan kulakukan perjalanan. Tak lain untuk melupakan kekhawatiran, dan menemukan diriku sendiri, yang sebenar-benarnya. Sendirian, bukan berarti tak ada yang mau menemani, tapi aku lebih nyaman begitu. Sendirian berarti memilih untuk sendiri, dan memuaskan egoku. Dan aku paham sekali re