Postingan

Menampilkan postingan dari 2022

Berubah

Lewat menulis aku menyadari bahwa aku berubah. Lembar digital di platform ini membuatnya bisa mengabadikan tulisan, tanpa terselip, rapi, tertata dan sangat administratif. Bukan hanya tanggal, bulan, tahunnya. Juga keaslian dari tulisan yang pernah kutulis, karena lembar digital tidak rusak dimakan waktu. Semoga saja server belum bangkrut dalam waktu dekat. Karena fitur tersebut, kadang, sejujurnya aku membaca kembali tulisan-tulisan yang sudah terbit. Banyak tulisan yang masih memicu kejut, bahwa aku pernah merangkai suatu kalimat seperti itu. Sebagian masih kusetujui ide-ide pokok dan keterangan yang tertulis, sebagian yang lain mulai pudar dan kupertanyakan alasanku menulis demikian. Tapi, tak pernah terbesit untuk menghapus, dari tulisan aku tahu kalau perlahan aku mulai berubah.  Ternyata pengalaman dan pengetahuan sangat mempengaruhi perspektif pikiran. Membaca tulisan yang terbit membawaku ke dalam lorong waktu, mengungkit lagi emosi yang kutuangkan dalam setiap kalimat dan para

Lihatlah Puan!

 Lihatlah Puan! Hidup Tuan kini berantakan, tataan yang dulu rapi sudah terburai, tercecer dalam tumpukan kardus berisi mimpi yang kini cenderung fiksi. Kata-kata yang dulu Tuan klaim abadi, kini Ia tarik kembali. Kebersediaannya atas kekaguman Puan padanya hanya omong kosong, Tuan tak pernah setinggi itu. Persetujuan tentang abadinya Tuan dan Puan, digerus oleh waktu yang tak pernah pandang bulu. Sudah betul keputusan Puan tak menaruh harapan pada Tuan. Sekarang Tuan menjadi sekumpulan kenangan yang tersingkir disudut ingatan, dipaksa keluar dari pikiran. Ia tak layak bersanding dengan mimpi-mimpi keemasan Puan yang ingin pergi jauh. Tuan hanya kegelapan pekat yang dulu pernah terang, sekarang Ia bersemayam bersama mayat-mayat ingatan yang dilupakan. Tuan pergi pelan, bukan untuk meninggalkan tapi Tuan sudah tak masuk dalam kriteria yang dipantaskan untuk Puan. Lalu biarkan, Tuan pergi ke padang gersang perasaan. Padang bunga yang dulu dibangun untuk Puan hanya kiasan yang tak pernah

Konsekuensi

Semua hal punya konsekuensi. Pilihan, perkataan, sikap, pernyataan, pemikiran dan perbuatan, semua tak lepas dari sebab-akibat yang telah dan akan timbul. Ironisnya, kebanyakan orang perlu salah dan kalah untuk sekedar paham konsekuensi. Banyak logika yang dibunuh ego, keputusan menjadi bias dan tak terarah. Terlepas tepat atau tidak, keputusan harus diambil untuk melangkah. Gagal berhasil bisa jadi hanya sementara dan dinamis, manusia yang punya pilihan harus bisa hidup dengan berani, selalu berorientasi pada proses dan tidak pernah berhenti setelah mendapat hasil. Kalau manusia memang dijatah gagal berhasilnya, yang gagal harus bersyukur, berarti masih ada jatah berhasil yang belum datang. Dan seharusnya yang berhasil gusar, bahwa hasil bisa salah atau tidak selamanya relevan. Maka bergeraklah, gagal dan berhasil punya konsekuensi, dan bukan alasan absolut untuk berhenti. Manusia yang selalu diremehkan karena gagal dan pencapaiannya yang kurang baik, justru punya senjata mematikan un

Waktu

 Jantung masih berdetak, waktu masih bergerak. Tidak ada yang absolut kecuali waktu, beserta kenyataan bahwa ia tak dapat mengulang meski hanya satu detik. Seperti Desember yang habis ditimpa Januari, relaksasi akhir pekan pun harus rela ditimpa tenggat baru di hari Senin. Manusia pun terus maju menuruti otoritas waktu, bergerak ketempat yang dituju, meski tak tentu. Hari, bulan dan tahun selalu berotasi. Ayah digugur bunga, Ibu menua, Adik jauh di Eropa. Dengan beban ekspektasi sebagai penerus keluarga, ia merangkak dari sakitnya, membangun kembali harapan dan mimpinya, pelan seadanya. Jalan setapak yang masih samar Ia jajaki dengan tidak seoptimis dahulu, meski matahari tak bersinar Ia tetap merayap pelan meraba jalan.  Selayaknya berjalan ditempat gelap, tersandung dan terpeleset sudah jadi makanan rutin. Kecewa dan penolakan sudah jadi terapi psikologis yang berputar dalam siklus. Tak pernah Ia berharap lagi pada hangatnya bahagia, orientasi hidupnya terputar menjadi keinginan untu