Berubah


Lewat menulis aku menyadari bahwa aku berubah.


Lembar digital di platform ini membuatnya bisa mengabadikan tulisan, tanpa terselip, rapi, tertata dan sangat administratif. Bukan hanya tanggal, bulan, tahunnya. Juga keaslian dari tulisan yang pernah kutulis, karena lembar digital tidak rusak dimakan waktu. Semoga saja server belum bangkrut dalam waktu dekat.

Karena fitur tersebut, kadang, sejujurnya aku membaca kembali tulisan-tulisan yang sudah terbit. Banyak tulisan yang masih memicu kejut, bahwa aku pernah merangkai suatu kalimat seperti itu. Sebagian masih kusetujui ide-ide pokok dan keterangan yang tertulis, sebagian yang lain mulai pudar dan kupertanyakan alasanku menulis demikian. Tapi, tak pernah terbesit untuk menghapus, dari tulisan aku tahu kalau perlahan aku mulai berubah. 

Ternyata pengalaman dan pengetahuan sangat mempengaruhi perspektif pikiran. Membaca tulisan yang terbit membawaku ke dalam lorong waktu, mengungkit lagi emosi yang kutuangkan dalam setiap kalimat dan paragrafnya. Bahwa dalam suatu kondisi aku pernah tersesat dalam pikiran dan mengambil beberapa kata untuk justifikasi ide-ide tersebut, kemudian menyatakannya seakan aku harus didengar. Juga mengingat lagi rasa-rasa yang dulu menjadi bahan eksperimen manusia muda yang gamang untuk jadi lebih bijaksana dalam proses kedewasaanya.

Dan ya, aku berubah. Entah karena internalisasi nilai-nilai yang terakumulasi lewat pengalaman merasakan. Atau pengaruh eksternal dari ketidakterkiraan kondisi, gagalnya rencana, berubahnya mimpi, dan bengkoknya realita. Sejauh yang kuamati, keluaran kata-kata berupa tulisan yang terbit seiring waktu, ikut berubah.

Ketakutanku juga berubah. Dulu aku pikir aku tak tersentuh, bebas mengelola rasa, menemukan diri yang sejati, dan rela mati kapan saja. Sekarang aku takut hampir pada segalanya. Aku takut kematian, sakit, kesendirian, kesepian, kegagalan dan penolakan. Tapi kini, aku juga menerima bahwa aku boleh takut akan sesuatu, ternyata takut membuatku jadi manusia yang penuh. Karena takut akan sesuatu, aku lebih bijaksana memanfaatkan waktu dan mengalokasikan tenaga.

Pada akhirnya, aku akan terus berubah. Dunia pun begitu. Aku hanya harus memastikan bahwa aku berjalan kearah yang tepat. Berubahnya tak perlu cepat, asal tepat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Sekarang

Dad, how did I do?

Sepotong Rindu