Waktu
Jantung masih berdetak, waktu masih bergerak.
Tidak ada yang absolut kecuali waktu, beserta kenyataan bahwa ia tak dapat mengulang meski hanya satu detik. Seperti Desember yang habis ditimpa Januari, relaksasi akhir pekan pun harus rela ditimpa tenggat baru di hari Senin. Manusia pun terus maju menuruti otoritas waktu, bergerak ketempat yang dituju, meski tak tentu.
Hari, bulan dan tahun selalu berotasi. Ayah digugur bunga, Ibu menua, Adik jauh di Eropa. Dengan beban ekspektasi sebagai penerus keluarga, ia merangkak dari sakitnya, membangun kembali harapan dan mimpinya, pelan seadanya. Jalan setapak yang masih samar Ia jajaki dengan tidak seoptimis dahulu, meski matahari tak bersinar Ia tetap merayap pelan meraba jalan.
Selayaknya berjalan ditempat gelap, tersandung dan terpeleset sudah jadi makanan rutin. Kecewa dan penolakan sudah jadi terapi psikologis yang berputar dalam siklus. Tak pernah Ia berharap lagi pada hangatnya bahagia, orientasi hidupnya terputar menjadi keinginan untuk bertahan dan berkembang sebisanya.
Ia sadar bahwa tetap hidup dengan penyesalan tak membuat hari esok berhenti. Kesedihan hanya mekanisme tubuh untuk melepas energi berlebih melalui emosi. Depresi juga hanya proses transisi dari kaget menuju penerimaan kenyataan. Banyak hal yang lebih baik hancur dihadapi, dari pada diam pasrah lalu mati.
Waktu tetap bergerak, Ia tak peduli siapa yang hidup dan yang mati.
Komentar
Posting Komentar