Kita Sama.

Saat kita bertatap, kita sama 'kan?

Aku melihatmu begitu indahnya, mengagumi dunia yang terbias dan segala isi dirimu yang tercermin lewat matamu. Jadi jangan heran ketika aku menatapmu sedalam mungkin disetiap konversasi kita. Karena bagian tubuh manusia yang paling jujur bagiku adalah mata. Ketika aku menatapmu begitu dalam, kau tidak berpaling. Makanya aku dapat mengasumsikan bahwa kita sama : sama tergila-gilanya dan sama-sama menyembunyikan kegilaan itu.

Hari-hari sepi yang kita lalui mungkin juga kita hadapi dengan cara yang sama. Yakni berusaha tegar melawan sepi yang menusuk-nusuk dan berusaha menciptakan penggambaran rasa sebisa mungkin. Entah seperti apa cara kita untuk saling melempar sinyal yang tak tertuju, namun saling berharap akan ditangkap dan diintepretasi oleh masing-masing dari kita. Bahwa aku jatuh cinta dan kamu juga, namun ada alasan tak kasat kata, yang dari sudut pandang manapun tak bisa kita tafsirkan.

Tak bisa kupungkiri segalanya jadi terasa melankolis. Hujan, sore, fajar, lagu, puisi, syair dan denting suara gitar mengarahkanku pada imajinasi yang over ekspektatif. Tentang suatu saat kita akan bertemu, berbincang, berhubungan, bahagia, tua, renta dan dikubur bersampingan sampai tanah kubur itu digusur untuk pembangunan. Ya, aku merencanakan keliling dunia sebagai cara bahagia dan membahagiakan. Aku tak akan berencana tua didepan komputer, mengumpulkan rupiah dengan cara statis, aku tak ingin hidup, jika kerja lalu mati ditempat yang itu-itu saja. Dan kuyakin kau mempunyai jiwa bebas seperti itu juga. Ambisiku dan ambisimu adalah hidup yang penuh kebebasan. Untuk itu, kita bekerja untuk kebebasan.

Mungkin ketika aku diberi kesempatan untuk mati dan bangkit lagi, aku akan tetap mencarimu entah di dunia atau di dimensi manapun, karena aku yakin dunia bahkan dimensi akan membantuku, menciptakan jalan yang sama dalam mencari dan mengagumimu. Kau akan tetap menjadi akhir dari petualangan panjangku diseri kehidupan manapun. Aku akan tetap hidup dengan alasan yang satu : menemukanmu.

Lalu biarkanlah kegilaan yang sialan itu kita sembunyikan sekarang, nanti pada waktunya aku akan menghubungi dan datang kepadamu, sebagai lelaki yang matang dan siap bertanggung jawab untuk membawamu mengarungi lautan kehidupan yang kejam, dengan penuh keyakinan. 

Kita sama. Sama-sama memperjuangkan dengan cara yang tak disangka-sangka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Sekarang

Dad, how did I do?

Sepotong Rindu