Aku pernah
Kamu tahu, kalo boleh bercerita sedikit. Terkadang logika ini selalu tak sependapat dengan keseharian. Tentang bagaimana sesuatu menjadi kebiasaan. Orang-orang arif sering mencari kesendirian dengan ritual-ritual penyejuk pikiran. Mungkin itu salah satu fasilitas, mengenal diri untuk tau sampai mana diri ini terbatas. Aku pernah melangkah tanpa alas kaki, di atas batu kerikil yang sedikit menusuk kaki. Sedikit nyeri terasa. Lalu kupijak rumput yang basah setelah terkena hujan, lembut ternyata. Melangkah aku dari pasir sampai tanah merah. Oh, ini rasanya bumi, sungguh mengena, pengharmoni suasana. Aku pernah merasakan deru ombak, walau setidaknya hanya batas lutut. Menderu-deru, semu dan sendu. Lalu kurebahkan punggung ini dibibir pantai serentak ketika ombak mengecup. Oh, ini rasanya lautan, ringan, ramah. Aku pernah berjalan ke hutan-hutan, saat ujung-ujung daun menyentuh pipiku. Lalu dalam kelembaban belantara itu, kuteriakkan teriak sekencangnya. Oh, ini rasanya hutan, lembut