Aku pernah
Kamu tahu, kalo boleh bercerita sedikit. Terkadang logika ini selalu tak sependapat dengan keseharian. Tentang bagaimana sesuatu menjadi kebiasaan. Orang-orang arif sering mencari kesendirian dengan ritual-ritual penyejuk pikiran. Mungkin itu salah satu fasilitas, mengenal diri untuk tau sampai mana diri ini terbatas.
Aku pernah melangkah tanpa alas kaki, di atas batu kerikil yang sedikit menusuk kaki. Sedikit nyeri terasa. Lalu kupijak rumput yang basah setelah terkena hujan, lembut ternyata. Melangkah aku dari pasir sampai tanah merah. Oh, ini rasanya bumi, sungguh mengena, pengharmoni suasana.
Aku pernah merasakan deru ombak, walau setidaknya hanya batas lutut. Menderu-deru, semu dan sendu. Lalu kurebahkan punggung ini dibibir pantai serentak ketika ombak mengecup. Oh, ini rasanya lautan, ringan, ramah.
Aku pernah berjalan ke hutan-hutan, saat ujung-ujung daun menyentuh pipiku. Lalu dalam kelembaban belantara itu, kuteriakkan teriak sekencangnya. Oh, ini rasanya hutan, lembut, pencuci peluh.
Aku pernah berjalan dipematang sawah, saat kaki berjalan tegak lurus menjaga seimbang. Lalu kupehatikan bulir-bulir padi itu, semakin berisi, semakin ia menunduk. Oh, ini padi, bijaksana, pencegah besar kepala.
Aku pernah menghirup udara, saat angin sedang sejuk-sejuknya. Lalu angin menari-nari disekujur tubuh lesu yang penuh keringat itu. Rasaku, ia memelukku, erat, dan menyejukkan.
Aku pernah memandang bintang, tentang betapa cantiknya mereka. Bernyanyi-nyanyi dalam irama warna, dalam satu harmoni bernama tata surya. Lalu, kupilih satu dari ribuan lainnya. Yang merah merekah, yang bersinar bahkan segelap apapun harapan.
Aku pernah mendaki ke pucuk gunung, ke tempat bercengkramanya para dewa, tempat dimana langit-langit terlihat wibawanya, terhampar luas sampai ke ujung dunia, tak terbatas sampai sejauh apa pikiran dan mata bisa membayangkan.
Aku pernah menyelami laut, kedalam gelap dan dinginnya air membalut, sampai-sampai terpikir begitu dekat sekali dengan maut, bahwa sadar aku kapan saja bisa terlarut. Saat malaikat sudah dapat mandat untuk mencabut.
Aku pernah berandai-andai, tentang bagaimana indahnya bila kujelajahi pelosok antariksa, atau bila kukelilingi Sang Surya dalam orbitnya, atau berkelana diatas lembutnya awan-awan, atau jatuh bersama tetes-tetes gerimis hujan, atau tertidur diatas gemburnya hamparan rerumputan, atau menjadi mungil diantara kelopak-kelopak bunga, atau menari-nari di permukaan bulan, atau kukoleksi bintang-bintang.
Walau tidak sesuai dengan umumnya perspektif. Setidaknya bagiku, Aku Pernah.
Komentar
Posting Komentar