Ia Ada
Ia ada, namun tak tampak.
Mungkin kau tak sadar, orang itu ada. Ia berkeliaran disekitarmu, mengamatimu, memandangimu. Mencari-cari waktu supaya dapat menangkap matamu saat matanya ingin bertemu. Supaya kau dapat lebih lekat memandang jiwanya, mengetahui maksudnya.
Ia mengobrol denganmu, namun sadarkah kau kalau ia selalu menundukkan pandangannya? berbicara tanpa ada kontak mata. Tanpa menunjukkan adanya tanda-tanda rasa. Taukah kau ia menyembunyikannya? Dan ia berusaha tak bergelagat aneh supaya kau nyaman disekitarnya?
Ia menjadi orang yang mengabaikan kadar intelektualistasnya, mengesampingkan logika dan kesibukannya, pangkat dan jabatannya, wibawa dan kharismanya. Mengembalikan diri ke titik nol. Titik terendah seorang pengagum. Menyatakan diri tak punya apa-apa dan mempersembahkan perasaan sederhana yang ia harap-harap untuk dibalas.
Taukah kau ia menghamba kepada semesta, agar sekiranya dapat diberikan kemudahan supaya kau dimudahkan bertemu dengannya? Taukah kau saking sederhana perasaannya ia tak bisa apa-apa? Ia tak bisa mencari perhatian, memulai obrolan, apalagi menyatakan perasaan. Ia hanya diam, menunggu-nunggu doanya diamini pemilik semesta, agar diberikan ruang dan waktu untuk bersua.
Itulah makna jatuh cinta baginya. Jatuh sejatuh-jatuhnya, sampai tak ada lagi yang dapat ia berikan sebagai representasi dari jatuh cinta itu sendiri. Sesampai cinta sederhana itulah yang mampu ia berikan. Namun seperti biasa.
Cinta itu ada, namun tak harus nampak.
Komentar
Posting Komentar