Aku dan Mahameru
Beberapa bulan yang lalu, saat waktu belum terasa sefana ini. Aku memutuskan untuk pergi. Mengemas barang-barang dalam tas besar yang sebenarnya sangat enggan kuangkat. Tenda untuk berkemah, Logistik untuk menyambung hidup dan alat lain yang dapat menunjang keselamatanku. Sekedar informasi saja, perjalanan merupakan tempat bertaruh nyawa dan mendaki berarti kamu membahayakan nyawamu senyatanya dan secara terang-terangan! Namun bagiku, Tuhan sudah mengatur segalanya. Dan melangkah merupakan satu-satunya pilihanku, untuk diriku yang baru. Poin terpenting dalam perjalanan ini adalah, aku sendirian. Berikrar tak menghubungi siapapun kecuali orang tua, itupun terkait izin dan melaporkan kondisiku yang terkini. Bertekad untuk menyelesaikan semuanya, sendiri. Lalu kembali. Aku berangkat ke Stasiun, menunggu kereta yang akan kutumpangi sampai Malang. Sambil menunggu, kubaca pengetahuan umum yang sekiranya dapat membantuku dalam mendaki Gunung itu. Cemas, itu yang kurasakan. Tapi tekad