6 semester.


18 Maret 2018.

Hampir 3 Tahun.

Aku memupuk pemahaman. Apa yang sebenarnya yang menjadi esensi menempa ilmu di perguruan tinggi. Satu-dua orang kutanya, tiga-empat variasi jawabannya. Kalau hanya untuk bekal bekerja, kerbau disawah juga bekerja. Kalau hanya jadi produk presisi dengan tingkat produktivitas yang tinggi, apa bedanya dengan mesin di pabrik-pabrik. Kalau hanya jadi cecunguk pengejar indeks gelar berkedok prestasi dan kualitas diri , buat apa sekolah tinggi.

Lalu mencari jawaban sendiri adalah keputusanku paling dini. Ternyata perguruan tinggi hanya sebutan, yang meninggikan ilmu bukan perguruannya. Tapi individu yang sedang menimba ilmu itu sendiri. Aku merasa 'tinggi' karena aku berusaha memposisikan diriku tinggi dari yang lain. Dalam artian sebanyak apa yang aku dapat dari pencarianku. Dan tanggung jawabku untuk meneruskannya ke orang lain.

Ilmu bukan pencapaian pribadi, ilmu adalah tanggung jawab yang dititipkan Tuhan untuk dibagikan orang lain. Ilmu menjadikan kita 'pintar' bukan untuk memperdaya orang lain, menyiasati sesuatu yang orang lain tidak mengerti, bukan juga untuk meninggikan derajat sosial. Semakin tinggi gelar, semakin besar tanggung jawab untuk berbagi, memajukan dan mensejahterakan mereka yang tidak mengerti.

Bagiku untuk mereka yang punya pencapaian tinggi, namun asing dengan yang belum terdidik. Asing dengan cangkul petani dan jaring nelayan. Mereka tidak mencapai apapun. Kunazarkan dimasa yang akan datang kupersembahkan semester yang kutempuh, untuk mencerdaskan dan memerdekakan mereka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Sekarang

Dad, how did I do?

Sepotong Rindu