Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2018

Merajut Asa Bersama

Jatuh Cinta. Dengan melankolisnya aku terpaksa mengangkat tema, yang bagiku masih bias maknanya. Namun untuk sekadar mentekstualkan pemahamanku tak apa, toh hanya untukku. Pembaca hanya bonus. Bicara tentang 'bersama' dan korelasinya dengan jatuh cinta. Mungkin perlu pemaknaan yang lebih dalam. 'Bersama' yang sesungguhnya tak bisa hanya dicapai dengan ungkapan 'i love you'   dan dibalas 'i love you too'. 'Bersama' berarti membangun segalanya dari nol kemudian menjaganya dari segala badai yang menerpa sampai waktu yang  tak hingga. Menaklukkan ketidakmungkinan bernama egoisme untuk mengedepankan kebaikan dan tidak menganggap lagi hidup sebagai satu melainkan dua individu yang sedang berusaha jadi satu. Dan semua dilakukan 'bersama', tidak saling menuntut untuk memenuhi kebutuhan salah satu. Tidak menuntut untuk secepatnya mewujudkan janji-janji dan tidak memaksakan hal-hal yang sebenarnya belum mampu untuk di wujudkan salah sa

Tak Utuh.

Mengenai aku, yang  separuh. Mungkin dia sudah tau dari mulut teman-temannya, tentang aku dan susah yang kuukir dalam tulisanku. Semenjak hiperbolaku tersebar ke khalayak, seakan mereka tau kemana tulisan cengengku tertuju. Sebagian salah, sebagian lagi benar. Dan yang benar ini, menyampaikan informasinya kepadanya. Mungkin ia sudah baca hampir semua dan akhirnya paham kalau 'dia' yang kupuja dalam tulisanku benar-benar dia. Namun, apadaya. Dari gelagatnya, rupanya hanya aku yang bergetar ketika tak sengaja menangkap matanya. Rupanya hanya aku yang salah tingkah ketika berjalan menujunya. Dan rupanya memang hanya aku yang secara liar menulisnya dalam tulisan-tulisanku. Ia membuatku semakin ingin menertawakan diriku sendiri. Ini penolakan, rupanya. Hari-hari indah dan ukiran cita-cita diwaktu yang akan datang rupanya hanya proyeksi yang fiktif. Hanya gambaran perasaan yang utopis. Kedatarannya yang aku perhatikan itu bukan hal buatan, aku tidak menarik dimatanya. M

Tentang Dia dan Jatuh Cinta

Aku tak pandai mendefinisikan cinta , namun karena keresahanku ketika mereka mendefinisikannya kurang gamblang dan masih subjektif. Aku menulis kenyataan yang aku reka. Ku campur semuanya dan kutuangkan di dalam dia. Dalam bentuk-bentuk di luar logika. Dalam kata-kata di luar artinya. Dalam lagu-lagu di luar iramanya. Lalu aku benar-benar menjatuhkan diriku ke lubang yang sangat dalam, gelap dan tak tentu mana dasarnya, jatuh ke dalam cinta. Aku tau sebelum itu, jatuh cinta padanya adalah masalah yang akan sangat kacau sekali. Tapi entah kenapa, senyumnya malah ku gilai semakin nyata. Beberapa wanita terlihat menawan, namun entah mengapa yang memikat hanya dia. Dan menggambarkannya dalam bentuk yang seperti ini mungkin dosa. Makanya aku sering bertanya kenapa rasa seperti ini diciptakan Tuhan kalau memang dilarang. Namun, seharusnya tak apa. Aku menahannya hanya dalam bentuk perasaan dan secara rutin kudoakan. Dengan semoga yang sangat kusemogakan. Kusebut saja 'dia&

Sisi gelap.

Menjelang malam minggu. Make friends with your dark side. Beriringan dengan waktu, masalah-masalah datang terakumulasi, mengendap dan membentuk kerak. Semakin aku mengenal manusia, semakin ingin aku keluar dari komunitas yang memaksa aku masuk di dalamnya. Itu mengapa aku lebih suka berbincang dengan angin, lebih manusiawi dari pada manusia itu sendiri. Sampai akhirnya aku lelah mencari kesepahaman dengan orang lain, pikiranku menolak keterbukaannya. Aku membiarkan pikiranku menutup dan mempersetankan orang lain. Memprogram supaya ia bisa adaptif dan terlihat mayoritas di depan orang lain. Perihal cinta tak ada perkembangan yang aku harap-harapkan. Entah prinsip dan pendirianku yang terlalu kuat atau lemah.  Janji-janji masa kecilku pun setelah kutelisik semakin tak realistis, wajar saja kedewasaan dan proyeksi masa depan masih kukesampingkan kala itu. Semoga yang terlibat di dalamnya tak terikat apa-apa dan menyadari itu adalah kenaifan yang luar biasa.  Sementara 'dia&#

Sinergitas.

Di malam-malam yang suntuk, kuliterasikan pikiran acak. Bahwa setiap tulisan akan menemukan pembacanya. Seiring berjalannya waktu, tulisanku membawa kepada kesimpulan-kesimpulan. Bahwa netizen yang berbahagia, datang untuk menikmati bahasa-bahasa cinta yang cenderung metafora. Indah namun semua subjektif dan khayalan. Bahasa cinta memang memanjakan mata dan menggelitik telinga. Namun ia bagai narkoba bagi hatimu, semakin sering kau mengesampingkan logika, hatimu rabun. Tercandu cinta yang sempurna dan ideal untuk sesama. Namun yang harus kalian ketahui, logikalah yang membuat sehat sebuah hubungan. Perlu pembuktian? Dari mana rasa cemburu, dengki, marah, galau itu datang? Kalau hatimu mati rasa dan rabun perasaan, bagaimana menyelesaikan masalah secara objektif kalau tidak melibatkan logika? lalu kenapa kalian lebih cenderung memahami bahasa cinta daripada menajamkan logika? Itulah kenapa masalah hubungan kadang berakhir kandas secara sepihak dan meninggalkan satu pihak dengan