Tak Utuh.
Mengenai aku, yang separuh.
Mungkin dia sudah tau dari mulut teman-temannya, tentang aku dan susah yang kuukir dalam tulisanku. Semenjak hiperbolaku tersebar ke khalayak, seakan mereka tau kemana tulisan cengengku tertuju. Sebagian salah, sebagian lagi benar. Dan yang benar ini, menyampaikan informasinya kepadanya. Mungkin ia sudah baca hampir semua dan akhirnya paham kalau 'dia' yang kupuja dalam tulisanku benar-benar dia.
Namun, apadaya. Dari gelagatnya, rupanya hanya aku yang bergetar ketika tak sengaja menangkap matanya. Rupanya hanya aku yang salah tingkah ketika berjalan menujunya. Dan rupanya memang hanya aku yang secara liar menulisnya dalam tulisan-tulisanku. Ia membuatku semakin ingin menertawakan diriku sendiri. Ini penolakan, rupanya. Hari-hari indah dan ukiran cita-cita diwaktu yang akan datang rupanya hanya proyeksi yang fiktif. Hanya gambaran perasaan yang utopis.
Kedatarannya yang aku perhatikan itu bukan hal buatan, aku tidak menarik dimatanya. Mencari tahu seperti apa aku sebenarnya pun tak tertarik ia. Aku merasakan rasa dicampakkan senyatanya.
Dari beberapa pengamatan itu mungkin bisa kusimpulkan, Ia bukan separuhku. Aku masih satu kesatuan yang tak satu, yang tak utuh.
Komentar
Posting Komentar