Manusia.
Kita manusia. Kita berbicara banyak hal, tentang hidup , cinta dan mati. Mendalami setiap definisi-definisi yang belum pasti, mengasih makan akal dan rasa keingintahuan. Memproyeksi dan menalarkan yang jauh, mengeksplorasi potensi menembus batas tak pasti.
Kita manusia. dan hasrat paling sah bagi manusia adalah mencari dan mendefinisikan makna-makna secara konkret, bukan konklusi yang dirumuskan dan disetujui secara kolektif. Manusia yang paling beruntung adalah mereka yang berminat dan memiliki kemauan untuk mendalami lebih jauh lagi, berpikir antitesis, hingga membuat tesis-tesis baru secara individualistis.
Kita manusia. Terlahir dengan kadar tinggi sikap dan sifat egoistis. Jalan pikiran manusia akan berujung pada keselamatan dan pengakuan diri sendiri. Self-interest akan kebutuhan yang diarih dengan jalan paling mudah, aman dan menguntungkan hanya berujung pada pemenuhan dan kenyamanan. Dan manusia yang hebat adalah mereka yang berperang dengan egoismenya, singkat kata, dengan dirinya sendiri. Menurunkan kadar egoisme hingga titik terendah, memaklumi, mengayomi, toleransi.
Kita manusia. Suka bergolongan dan menggolongkan. Merasa ingin diakui dan eksis. Makanya kita suka mengikuti lingkungan pergaulan dan secara tidak sadar, rela didikte dan didoktrin atas standar-standar yang dibuat pergaulan. Lalu larut dalam arus, tak tau tujuan. Dan manusia yang berani adalah mereka yang secara tegas melakukan perenungan untuk menciptakan standar mereka sendiri, tak ada yang namanya harkat dan hakikat. Tujuan hidup, karier, pergaulan, percintaan, kebaikan dan keburukan adalah kerelatifan yang harus diciptakan standarnya. Oleh pendirian dan prinsip.
Kita manusia. Selalu ingin merdeka dan bebas sesuai jalannya. Namun apa hakikat kebebasan? kalau menikah, kawin, berkembang biak, bekerja, lalu mati adalah sebuah keharusan? Apa arti kemerdekaan? kalau kau dikekang gengsi dan harga diri? Maka, manusia yang paling hebat adalah mereka yang tak terbatas akan pilihan dan keharusan. Manusia hidup dengan opsi dan cabang alternatif yang tak terhingga jumlahnya. Lalu kau masih mau didikte orang tuamu? didikte pergaulan dan lingkungan masyarakatmu yang dangkal itu? Kau manusia yang diberi nyawa oleh Tuhan, bukan mesin yang diprogram atas algoritma dan keteraturan.
Kita manusia. dan pertanyaan paling mendasar adalah mengapa kita manusia? dan sudah seberapa manusiawi 'kah kita?
Komentar
Posting Komentar