Dad, how did I do?
It's been about 2 years...
Bagaimana kabar? Inginku menyapamu dengan kondisiku yang lebih pantas, pundak yang lebih tegar, urusan yang lebih sedikit dan beban-beban yang telah selesai. Namun, 2 tahun belum cukup bagiku, bahkan untuk mengganti peran, mewariskan pikiran dan meneruskan pesan. Semenjak hilang dan tak mampu kupandang, mencari figur tumpuan lebih sulit dari biasanya. Sementara tokoh yang kutiru dari buku, tak mampu mengajarkan dan meluruskan jika ternyata aku salah tangkap.
Aku penasaran setelah kau di istirahatkan, apakah sudah kau dapatkan jawabannya tentang hidup ini? Tentang apa yang perlu dilakukan dan bagaimana hidup harus di hidupi, apa bermandi keringat dan darah untuk mencapai ambisi itu memang berbuah pada akhirnya? Apa benar tujuan berpergian jauh adalah supaya seseorang tau artinya rindu dan rumah? Apa hidup dan dedikasimu untuk keluarga dan orang-orang yang bergantung kepadamu memang harus dilakukan atas dasar tanggung jawab atau justru karena itu kau terbebani?
Menjadi kepala dan seorang ayah, aku melihatmu, seperti bertulang besi, tapi bahkan besi pun korosi. Apa kau sembunyikan lelahmu? Apa kau tahan sakitmu? Apa kau tumpulkan rasa bosan dan marahmu? Apa kau sudah tentukan keputusanmu sebelum kejadian terjadi? Apa kau merasa selalu benar dalam bertindak?. Seiring langkah waktu yang tak kenal lelah, terkadang akupun terjebak dalam peran yang membuat lupa bahwa dibalik semua ini, apakah aku manusia yang manusia?. Manusia yang merasa, manusia yang lelah, dan manusia yang perlu melawan korosi emosi. Perlukah untukku menjadi menjadi manusiawi dihadapan permasalahan yang tidak manusiawi?
Aku mengakui kelemahan, katanya jati diri muncul ketika mampu bersikap jujur pada diri sendiri. Apakah dahulu kau mampu mengelola lelah tanpa harus menyembunyikannya? Apakah kita bisa bersikap tegas tanpa menahan rasa sakit? Apakah atas dasar kebijaksanaan sehingga kau bisa memahami bahwa menumpuknya emosi akan membuatmu lebih kuat dan takkan bisa menjadi beban yang tak terkendali?
How did I do?
Dari Surga, apakah aku masih sedap dipandang? Sementara semua ketidakstabilan bersumber dari ketidakmampuanku meneruskan peranmu meski kau sudah bekali semua. Sementara semua kegagalanku adalah buah dari kesalahan pengambilan keputusan dan didalamnya harus ditanggung oleh orang lain. Bolehkah dalam hidup, seseorang hanya bertahan, tak perlu menang?
Kotemplasi dan resolusiku tetap sama, akan kuhidupi hidup sebaik-baiknya, hari ini, lusa atau selamanya.
Komentar
Posting Komentar