Bumi dan Bulan.



Dari kejauhan Bumi melihat Bulan. Bulan, dengan senyum syahdunya yang biasa, dengan remang sinarnya yang biasa. Sementara semesta terlalu gelap dan sepi. Karena saking mempesonanya,bumi malu dan enggan untuk berbicara pada Bulan.Walau begitu Bulan tetap tak segan memecah suasana sepi dengan perkataan halusnya, bahwa Bulan diciptakan oleh Tuhan hanya untuk Bumi. 

 Bulan dengan sepenuh hati menerima bila sepanjang masa harus terantai bersama Bumi. Namun sampai sekarang Bulan hanya menjalankan tugasnya sebagai pendamping bumi. Alhasil Bumi merasa minder, dengan tubuh gemuknya dan sekarang mulai bau. Bumi ragu apakah Bulan hanya sekedar terpaksa menemaninya, mengapa Tuhan tega sekali memasangkan Bulan yang sedemikian cantiknya dengan Bumi yang lusuh dan gemuk.

Bumi pun memutuskan untuk bertanya dan mendeklarasikan perasaanya pada Bulan. Kala senja sedang merah merona, duduklah mereka di taman Bimasakti. Lalu bumi bertanya kepada Bulan tentang keherananya selama ini. Bagaimana perasaanya terhadap Bumi.

Bulan menjawab "Tuhan menciptaku untuk mu, Bumi. Tuhan menciptaku bersamaan dengan perasaan cinta padamu. Bila setelah akhir waktu nanti aku diciptakan kembali, aku tidak akan menyesal untuk mencari dan memelukmu lagi. Bagaimanapun sejak awal zaman, walaupun aku terantai oleh pelukanmu. Biarlah rantai ini berkarat dan usang di telan waktu. Asalkan selama itu, kau ada disampingku, walau hanya memandangku. "

Mendengar jawaban Bulan, tenggorokan Bumi bagai tertohok oleh suatu tongkat yang sangat keras, mengapa selama ini Bumi hanya diam dan malu. Sementara bulan menahan rasa sayang yang begitu padat kepada bumi. Ternyata sejak awal waktu, kebersamaan mereka memnumbuhkan ketergantungan satu sama lain.

Bumi merenung sejenak digelap senyapnya semesta ini, cukup satu hal yang membuat Bumi merasa segalanya, tercukupi dan terpenuhi. Yaitu sang Bulan. Sekejap setelah itu Bumi memeluk Bulan dengan erat. Biarlah tangan Bumi lapuk terkorosi oleh waktu, sampai lengan dan otot-ototnya luruh. Bumi akan tetap memeluk Bulan. Sehingga terbentuklah orbit sebagai tanda pelukan bumi terhadap Bulan.

Bulan juga tak mau kalah, ia juga memeluk Bumi dengan gravitasinya. Yang pada akhirnya mereka membuat hubungan berupa orbit yang seimbang. Mereka saling berpelukan, menjaga satu sama lain. Sampai waktu mengkorosi peluk mereka.


-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Sekarang

Dad, how did I do?

Sepotong Rindu