Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2017

Tentang Menulis

Gambar
Bagiku menulis itu berbentuk pelarian dan kebebasan. Sejenak melupakan masalah harian dan lepas singkat dari segala tanggungan. Bukan untuk membuat orang yang membaca terkesan, hanya saja banyak sekali kata-kata dikepala yang harus ku kemukakan. Makanya dari yang kebanyakan, aku hanya berusaha menyampaikan gagasan-gagasan mengenai apa yang terlintas dipikiran. Fungsinya hampir sama dengan jembatan, agar ide-ideku yang sekiranya relevan dapat tersalurkan. Tentunya dengan sedikit retorika manis agar ringan dan sedikit memberi kesan. Bagiku menulis itu interpretasi intelektual, tentang bagaimana baik secara kualitatif maupun kuantitatif seorang penulis menuangkan sesuatu yang memorial, bukan untuk menyombongkan tapi setidaknya menunjukkan bahwa sang penulis punya sesuatu yang membuat dirinya berbeda dengan kebanyakan orang. Karena kita tau bersama bahwa pikiran manusia itu liar. Dan setiap penulis itu spesial, baik dari cara pandangnya akan sesuatu atau lain hal. Bagiku men

Di Ujung Galaksi

Gambar
Kau tau kan galaksi itu, tempat bertemunya semesta-semesta, yang mungkin, semestaku dan semestamu berbeda, ketika kau melihat daratan lautan serta langit sebagai atap, yang kulihat hanyalah sebuah gradasi, sebuah gabungan dari berjuta substansi dalam keindahan yang terintegrasi, mudah saja jika kuberi analogi, anggap saja aku sendok dan kau cangkir, dua substansi yang saling mengaduk menjadi satu dan jadilah keindahan bernama kopi. Itulah semestaku. Samudraku dengan samudramu mungkin berbeda, ketika yang kaulihat hanya air semata, yang kulihat bintang-bintang dengan variasi warna, dan diantara bintang yang berjuta-juta, yang paling kusuka hanya satu warna, itu disana, yang merah merona, tak apa kan bila kunamakan samudraku samudra bintang, dan yang harus kau tau, aku juga biasa mengarunginya saat ragu, mencari secercah ide-ide baru, juga ketika sedang ada rindu, tentang momen di hari yang lalu . Hujanku dan hujanmu juga mungkin berbeda, ketika yang kaulihat ribuan partikel

Tidak Hanya Sekedar Berceloteh

Gambar
Lama sudah aku memupuk asa, ini-itu kurencanakan sejak muda, berjalan tegap bak paling berkharisma, namun lama kelamaan akhirnya sadar juga, diri ini belum ada apa-apanya. Sekarang orang memandangku agak gila, mempertaruhkan segalanya demi hal yang tak masuk logika, karena  sering lusuh saat dilihat mereka, entah apa yang kukerjakan menurut persepsinya, apa memang mereka tau semua, justifikasi liar walaupun hanya prasangka. Mulailah kudengar kalimat-kalimat palsu, penuh jilatan ketika ada perlu, namun menghina dari sudut yang tak ku tau. Mengeluh ini itu kepadaku, yang semunafiknya harus kudengarkan sampai selesai keluhan itu, walau akhirnya setelah kuperjuangkan aku tau, semuanya palsu. Semoga orang-orang yang begitu, cepat diberikan bisu. Mereka tak mungkin tau, saat semua orang hanya berdiam diri di situ, dengan bertolak-pinggang berkomentar bak paling tau, sementara aku di sini selalu berusaha maju, demi segalanya yang dibilang orang tadi tak masuk logika itu. Apa merek

Pecandu Sunyi

Gambar
Kali ini malam hari, berjalanku jauh ke Utara mulai siang tadi. Sejenak ingin lupa diri, karena seharian ini sudah banyak kulewat tragedi, yang untungnya bukan kepadaku terjadi. Apakah manusia memang begitu? penuh spekulasi ketika dihadapkan dengan ragu, tak kuasa berdiri dengan ide yang  keliru, yang kemudian berbangga diri jika memang jitu, namun jika keliru berlarinya ia buru-buru, menuju ketiak sang ibu. Aku muak, terasa dada ini begitu sesak, mungkin sudah seharian ini aku terisak, karena moral dan nilai yang kupercaya telah dirusak, yang dulunya rapi terstruktur kini menjadi abstrak. Bingung juga aku dibuatnya, tentang banyak keanehan yang kini sudah biasa, hingga maksud baik kehilangan makna, apalagi asa. Apakah manusia selalu riuh, siang-malam berpesta gaduh, tiba berhadapan dengan realita dia mengeluh. Apakah yang terlontar selalu caci dan makian, tentang katanya Tuhan tak berkeadilan, giliran dilanda susah tak dipedulikan, padahal kewajiban terlaksanakan, tapi ke

Yang Lebih Sederhana Diantara Mereka

Gambar
Dalam tulisan satu ini, ditujukan sebagai sarkasme untuk semuanya. Apakah ada yang salah dibalik sesuatu yang kadang sudah tidak lagi kita bisa nilai maksud dan tujuannya, tentu dari peristiwa-peristiwa yang umum. Begini, bisakah saya inisiasikan atau hanya sekedar saling ingat-mengingatkan tentang penanaman nilai-nilai kesederhanaan (lagi) dalam berkehidupan? Yang dulu-dulu diajarkan oleh orang-orang tua, atau (sederhananya) guru ngaji kita? Apakah dalam berkehidupan sekarang ada yang aneh? Ya, bagi saya sangat aneh. Misalkan, munculnya fitur-fitur baru yang tidak diketahui orang-orang tua, umum dikenal sekarang sebagai fitur "Update". Taruhlah seorang lelaki muda, hobi melanglang buana, mendaki gunung tinggi, menyelam ke karang-karang (hal ini mungkin sudah dilakukan orang tua) namun dengan maksud yang jauh berbeda. Hanya untuk fitur   "Update". Dan yang anehnya lagi, timbul-lah fenomena "Meninggi untuk merendah", maksudnya bagaim

Memoar Sebelum Tragedi

Gambar
Beberapa waktu ini kopiku tak lagi senikmat dulu, tidak sepahit dan tidak sekental dulu. Rokokku juga begitu, kurasa tetap kuhirup merek yang sama tapi entah apa yang membedakan rasanya. Rupanya ada yang menghilang dari sukmaku, rupanya itu kau. Guru sekaligus kawanku. Mohon maaf kawan, izinkan aku bercerita tentangmu. Tentang kisah dan keluh kesahmu. Tentang kau yang ternoda di mata dunia kala itu. Dulu kau yang memaksaku melangkah kedalam gelapnya rimba, dulu kau yang meraih tanganku ketika bergelantungan di batu tajam itu, juga kau yang meraih life-jacket ku dari jeram, kau juga yang menolongku agar tidak jatuh ke stalagmit-stalagtit itu.  Kau yang begitu periang, selalu memecahkan sunyinya lereng-lereng sebelah selatan. Maafkan aku kawan, kau berpulang tanpa keglamoran.Tubuh wangi keringat perjuangan dan keikhlasan. Perhiasanmu hanya secarik slayer lusuh penuh noda tanah dan baju tugasmu, yang walaupun usang tetap gagah terlihat perangaimu. Kau pula yang mengaja