Yang Lebih Sederhana Diantara Mereka


Dalam tulisan satu ini, ditujukan sebagai sarkasme untuk semuanya. Apakah ada yang salah dibalik sesuatu yang kadang sudah tidak lagi kita bisa nilai maksud dan tujuannya, tentu dari peristiwa-peristiwa yang umum.

Begini, bisakah saya inisiasikan atau hanya sekedar saling ingat-mengingatkan tentang penanaman nilai-nilai kesederhanaan (lagi) dalam berkehidupan? Yang dulu-dulu diajarkan oleh orang-orang tua, atau (sederhananya) guru ngaji kita?

Apakah dalam berkehidupan sekarang ada yang aneh?
Ya, bagi saya sangat aneh.

Misalkan, munculnya fitur-fitur baru yang tidak diketahui orang-orang tua, umum dikenal sekarang sebagai fitur "Update". Taruhlah seorang lelaki muda, hobi melanglang buana, mendaki gunung tinggi, menyelam ke karang-karang (hal ini mungkin sudah dilakukan orang tua) namun dengan maksud yang jauh berbeda. Hanya untuk fitur  "Update".

Dan yang anehnya lagi, timbul-lah fenomena "Meninggi untuk merendah", maksudnya bagaimana? Begini penjelasannya, tarulah lagi, saya, pergi ke puncak gunung ini, lalu saya pilih foto yang bisa "Meninggi"-kan image saya kepada orang-orang, dengan maksud agar diakui orang walau barang sedikit, atau malah lebih parah, untuk nyombong. Lalu, triknya, ini yang menggegerkan kepala, ditulislah beberapa baris kata-kata bijak, kata-kata kesederhanaan dan kata-kata motivasi untuk sekedar menutupi maksud gambar yang di upload.

Berkaitan dengan hal diatas, banyak muda mudi rela antri walaupun seharian penuh hanya untuk spot selfie yang sekarang banyak orang memanfaatkan fenomena tersebut. Tak jarang pula sudah merambah kepedesaan, ke dataran-dataran tinggi maupun lautan. Hanya untuk melakukan ritual kekinian yang sedang booming itu, wow.

Relevan? Entah, mungkin karena yang begitu sudah lumrah, maka tak ada yang aneh.

Ada lagi, pernahkah kita mengevaluasi diri? tentang betapa muda dan produktifnya kita, namun telah menjadi generasi yang konsumtif. Ya bagaimana tidak, handphone harus up to date, gaya berpakaian harus branded, nongkrong harus hits. Terkotak-kotak, kemudian terbatasi, sampai akhirnya berenti berinovasi dan berkontribusi untuk masa depan pertiwi. Namun entah, semua sekarang berjalan ya mesti begitu.

Pergaulan makin menggila, foto tidak dengan sebatang rokok tidak keren begitu bilangnya, atau di tempat-tempat clubbing, dengan secangkir minuman yang harganya selangit itu. Tak jarang pula berakhir dengan badan dua dan kecewa.

Mungkin ini sebuah fenomena, dimana kita semua berada didalam arus besar dan deras. Yang ketika kita mencoba untuk keluar, akan terasa aneh. Bahkan yang mungkin mengejutkan lagi, keanehan-keanehan yang terjadi dan (anehnya) kita jalani setiap hari, lama-lama akan menjadi biasa. Betul? Silahkan tertawa dalam hati kalau iya.

Terus-terus begitu sampai kita lupa esensinya, tak terbaca lagi maksud dan tujuannya. Untuk cari eksistensi? atau keinginan agar diakui? jawaban saya, entah (lagi).

Mungkin dari berbagai keluhan kosong yang saya tuliskan di tempat yang tak seberapa ini, saya inisiasikan lagi kita untuk mengingat masa kecil kita yang begitu sederhana. Tak banyak gadget, tak banyak solek-bersolek, tak mau tau gengsinya pergaulan. Apakah salah kita kembali sederhana seperti dulu, dan seperti orang-orang arif ajarkan?

Begini kawan, mungkin saya hanya sekedar ajak dan berharap saudara bisa mengajak juga. Bahwa yang begitu disudahi sajalah. Cari kearifan banyak-banyak dari setiap detik yang kita jalani, cari maksud-maksud tersembunyi dari peristiwa yang terjadi. Tidak perlu ingin diakui, akui saja dirimu. Bahwa apa yang kamu jalani setiap hari, ya itulah kamu, itu karakter dan ciri khasmu. Dengan begitu, kamu tau batas dan kapasitasmu. Beruntungnya lagi kalau kamu bisa menganut sistem kesederhanaan, mungkin kamu bisa jadi yang lebih sederhana diantara mereka.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Sekarang

Dad, how did I do?

Sepotong Rindu