Ignoran.


Hari ini, 12:30.

Sedari kemarin aku memikirkan, ternyata ada hawa yang entah mengapa dengan senyum sederhananya, membuatku ragu-ragu. Dengan bicaranya yang begitu padu, dan aku yang selama ini tak acuh atas sikapnya yang teduh itu. Dan perhatian-perhatian kecil yang selalu ia tanyakan tentang masalah-masalahku. Tentang bagaimana ia menyemangatiku, membuatku mengaduh tak tentu.

Aku hanya bisa berharap, kita tak saling membiarkan, dan membuyarkan. Saat ada rasa yang tumbuh diantara kita, tak kita pikirkan. Aku harap kita tak beranggapan, bahwa rasa itu palsu dan salah kaprah. Bahwa hati kita tak mungkin bertemu diujung waktu, diakhir pertemuan yang tak mungkin menyisakan harap.

Aku hanya ingin berharap bahwa kemungkinan selalu ada, dan aku ingin diriku memahaminya sebelum aku ingin kau juga begitu. Aku ingin sadar, diujung waktu nanti. Setelah ribuan kilometer kita berpisah, setelah benua menjauhkan kita. Selalu ada kemungkinan aku tertambat di pelabuhan, pulang ke sebuah bangunan, yang ada kamu didalamnya, dan kita sebut itu rumah.

Semoga kamu pelabuhan yang selalu kudambakan setelah aku pergi melaut.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Sekarang

Dad, how did I do?

Sepotong Rindu