Jika memang kamu.
Jika memang kamu, yang setiap malam menyempatkan membaca tulisan-tulisanku, yang menunggu dan ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi denganku, yang ingin berusaha menopang dan menggandengku keluar dari masalah-masalahku, yang ingin aku jadi alasan atas perasaan rumitmu, yang ingin aku menjelaskan semua ceritaku, yang benar-benar ingin tahu bahwa yang tertulis di dalam tulisanku memang kamu.
Percayalah, yang aku ingin juga kamu. Seseorang yang kuharap membaca tulisanku, yang kuharap akan menunggu dan menanyakan kecamuk yang ada dalam diriku, yang berusaha menopang dan menggandengku dengan cara yang tak kutahu, yang kuharap memikirkanku dalam perasaan rumitmu, seseorang yang kuharap akan bisa kuceritakan segalanya, yang kuharap tahu bahwa semua yang tertulis dalam tulisanku hanya kamu.
Jatuh cinta, perasaan, kekaguman dan rasa ingin memiliki memang terasa sesialan itu. Begitu rumit untuk di polakan, di kategorikan dan di runut. Kita sama-sama butuh kehangatan dalam berbicara, memahami dan memperhatikan. Kita jatuh cinta dalam keadaan yang rumit dan kerumitan itulah kekuatan kita.
Aku juga menangis, aku juga kesepian. Tangis dan rasa sepi juga jadi kutukan yang sedang aku lawan. Aku manusia juga, hanya aku memilih media yang tepat untuk menumpahkan segalanya. Supaya ia tak tumpah ruah dan jadi cemoohan publik. Pun aku paham, tak semua keluhan bisa dikeluhkan di sembarang tempat. Lalu aku menulis, di media yang lebih sepi, di media yang lebih intim. Depresi itu manusiawi, dan depresi hanya masalah pelampiasan.
Jika memang kamu, tolong aku.
Komentar
Posting Komentar