Pergi.


Disebuah dimensi tak bertepi, ada sebongkah hati yang mengaduh tentang jarak yang sebentar lagi akan jauh. Ada puan yang merambisi pergi jauh, ada dunia yang hendak tuan rengkuh. Selama merajut rasa tuan tak pernah berterus terang, puan tak pernah ada keterangan. Puan selalu dibayangi pertanyaan-pertanyaan, sementara tuan sibuk untuk dapat memastikan. Tuan selalu merasa ada ketidakpantasan dalam menyatakan, puan selalu membuka ruang dan berharap diterangkan. Lalu ketika waktu semakin tenggat tuan bimbang, memberikan keterangan pada puan atau... langsung memastikan di waktu yang akan datang.

Namun tuan tak percaya kepada waktu, sebesar ketidak percayaannya terhadap diri tuan sendiri. Tuan selalu berspekulasi bahwa waktu dapat menggerus rasa cinta puan, sebagaimana seorang puan, ia butuh kepastian di umur yang semakin matang. Tuan hanya punya keyakinan bahwa, yang ia perjuangkan bukan seorang gampangan, usahanya harus lebih dari sederhana apalagi sembarangan. Tuan berusaha pergi ke negeri orang, untuk modal mengais uang yang akan disemayamkan pada puan.

Untuk sekarang tuan memilih pergi,
tak lain untuk puan. untuk pulang.

Komentar

  1. Kenapa aku merasakan hal yang serupa, memang adalah baik untuk memilih pergi demi menemui pulang yang pasti.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Sekarang

Dad, how did I do?

Sepotong Rindu