Postingan

Dad, how did I do?

  It's been about 2 years... Bagaimana kabar? Inginku menyapamu dengan kondisiku yang lebih pantas, pundak yang lebih tegar, urusan yang lebih sedikit dan beban-beban yang telah selesai. Namun, 2 tahun belum cukup bagiku, bahkan untuk mengganti peran, mewariskan pikiran dan meneruskan pesan. Semenjak hilang dan tak mampu kupandang, mencari figur tumpuan lebih sulit dari biasanya. Sementara tokoh yang kutiru dari buku, tak mampu mengajarkan dan meluruskan jika ternyata aku salah tangkap. Aku penasaran setelah kau di istirahatkan, apakah sudah kau dapatkan jawabannya tentang hidup ini? Tentang apa yang perlu dilakukan dan bagaimana hidup harus di hidupi, apa bermandi keringat dan darah untuk mencapai ambisi itu memang berbuah pada akhirnya? Apa benar tujuan berpergian jauh adalah supaya seseorang tau artinya rindu dan rumah? Apa hidup dan dedikasimu untuk keluarga dan orang-orang yang bergantung kepadamu memang harus dilakukan atas dasar tanggung jawab atau justru karena itu kau terb

Yang Sekarang

Mungkin engkau yang kutulis dalam tulisan ini sudah jelas tau bahwa mulai sekarang, dan kuharap selamanya, akan selalu menjadi topik tulisan, lagu, puisi dan buah pikiran atau perasaan yang kudimensikan dalam bentuk apapun. Lalu aku, yang pernah tandus dan kehilangan unsur hara untuk menumbuhkan perasaan, kau hujani, bersemi kembali, membuka diri, dan akhirnya jatuh cinta lagi. Bagiku, yang entah karena trauma, takut, atau bahkan mungkin karena sifat bawaanku yang lemah dari kesepian. Mulai merasa memiliki, ingin dimiliki, takut kehilangan, kecanduan perhatian dan selalu merasa kurang. Jarak yang tak seberapa jauh dan intensitas pertemuan yang tak seberapa jarang, bagi sebagian, remeh dan amat dramatis apabila terpengaruh oleh hal yang begitu insignifikan. Namun aku, yang labil dan kaku ini, cenderung melebih-lebihkan, mungkin sampai pada tahap menjadi gangguan bagimu. Inferioritas menyerang, untukku yang tak seberapa tampan dan mapan, bawah sadar selalu membandingkan, apa aku sepadan?

Sejatuh-jatuhnya

Dalam matamu, bisakah aku larut didalam semesta yang ada didalamnya? Tempat di mana segala sesuatu tampak mungkin. Bolehkah aku terdampar di sana, menjelajahi setiap bintang yang berkilau dan terbenam pada galaksi tak hingga? Dalam hangat pelukan, bisakah aku pulang kedalamnya dari udara dingin? Bolehkah itu yang pertama kali menyambutku setelah lelah akibat panjang dan jauhnya perjalanan? Bolehkah itu jadi tempat akhirku berlabuh dan menjadi motivasiku untuk tetap hidup hari ini, lusa nanti dan kemudian hari? Dalam lekuk senyummu, bolehkah aku mendedikasikan hidup agar senyum itu selalu ada? Bolehkah senyum itu menjadi alasan senyumku? Bolehkah aku selalu menjadi alasan di balik senyum itu? Bolehkah aku mempersembahkan segala sesuatu untuk menjaganya? Dalam realitas dimensi, bisakah kita jadi abadi yang tak terkait waktu?

Bermekaran

Apabila bicara hal yang tidak terduga dan tidak dapat terukur, sepertinya jatuh cinta adalah salah satu fenomena distorsi hukum alam. Cinta itu sendiri tidak berdimensi secara fisik, bukan senyawa yang memiliki berat massa, bukan hasil reaksi maupun sintesis sel atau organ. Ia muncul begitu saja dari ketiadaan kemudian memercik perasaan. Beberapa saat aku menembus rimbun kehidupan, mencari bunga yang paling cocok untuk dibawa pulang, siapa sangka kutemukan bunga yang begitu indah tumbuh ditengah belantara hutan. Bunga itu cukup tangguh untuk dapat hidup sejauh badai menerjang, mencerminkan independensi dan kokoh pendirian. Kuputuskan kubawa pulang supaya bisa kurawat di pekarangan. Beberapa saat semenjak bunga itu kusemai di pekarangan, ia membawa hawa hangat dan tenang. Mungkin ia mengundang awan yang meneduhkan. Tak pernah menduga bahwa pekarangan yang begitu tandus dapat ditanami bunga, namun beberapa saat kuamati, bunga tersebut mendatangkan iklim yang layak untuk memperbaiki ekosi

Re:write

Every chapter has it's beginning, as well as it's end. To me, writing is a way for an idea to flourish, to textualize a feelings. We never know what our thought's shape like, thoughts is a dimension of chaos and abtraction. But by writing, every particles of our thought started to assemble themself, forming a shape, of ideas, stories, arguments. I believe writing is also a way to solidified our existence, writing gives us power to defy time and lifespan. Doesn't matter if an author of a books died, as long as the readers and storytellers pass the ideas, the 'will' of the author lived. Thus, to write, is to become eternal. I wrote a couple of stories & ideas. Even, I transformed the way I write and managed to do songwriting myself. Sometimes, writing is a way to shape & textualize emotions. For me, an escape and coping mechanism from my troubled unspoken feelings. Writing feels suitable for me to 'unveil' everything down the papers, or other media

Berubah

Lewat menulis aku menyadari bahwa aku berubah. Lembar digital di platform ini membuatnya bisa mengabadikan tulisan, tanpa terselip, rapi, tertata dan sangat administratif. Bukan hanya tanggal, bulan, tahunnya. Juga keaslian dari tulisan yang pernah kutulis, karena lembar digital tidak rusak dimakan waktu. Semoga saja server belum bangkrut dalam waktu dekat. Karena fitur tersebut, kadang, sejujurnya aku membaca kembali tulisan-tulisan yang sudah terbit. Banyak tulisan yang masih memicu kejut, bahwa aku pernah merangkai suatu kalimat seperti itu. Sebagian masih kusetujui ide-ide pokok dan keterangan yang tertulis, sebagian yang lain mulai pudar dan kupertanyakan alasanku menulis demikian. Tapi, tak pernah terbesit untuk menghapus, dari tulisan aku tahu kalau perlahan aku mulai berubah.  Ternyata pengalaman dan pengetahuan sangat mempengaruhi perspektif pikiran. Membaca tulisan yang terbit membawaku ke dalam lorong waktu, mengungkit lagi emosi yang kutuangkan dalam setiap kalimat dan para

Lihatlah Puan!

 Lihatlah Puan! Hidup Tuan kini berantakan, tataan yang dulu rapi sudah terburai, tercecer dalam tumpukan kardus berisi mimpi yang kini cenderung fiksi. Kata-kata yang dulu Tuan klaim abadi, kini Ia tarik kembali. Kebersediaannya atas kekaguman Puan padanya hanya omong kosong, Tuan tak pernah setinggi itu. Persetujuan tentang abadinya Tuan dan Puan, digerus oleh waktu yang tak pernah pandang bulu. Sudah betul keputusan Puan tak menaruh harapan pada Tuan. Sekarang Tuan menjadi sekumpulan kenangan yang tersingkir disudut ingatan, dipaksa keluar dari pikiran. Ia tak layak bersanding dengan mimpi-mimpi keemasan Puan yang ingin pergi jauh. Tuan hanya kegelapan pekat yang dulu pernah terang, sekarang Ia bersemayam bersama mayat-mayat ingatan yang dilupakan. Tuan pergi pelan, bukan untuk meninggalkan tapi Tuan sudah tak masuk dalam kriteria yang dipantaskan untuk Puan. Lalu biarkan, Tuan pergi ke padang gersang perasaan. Padang bunga yang dulu dibangun untuk Puan hanya kiasan yang tak pernah