Diantara ruang dan waktu
Eksplorasi tepi-tepi dimensi, mencari partikel cahayamu yang meredup.
Aku berencana menemukanmu, dalam spasi antara detik satu dan yang lainnya. Aku melihatmu, di kejauhan, namun bagai fatamorgana, kau selalu lenyap, fana. Entah, ada ruang yang meraung dalam diriku, ia kesakitan, terjangkit kesepian. Aku tak tega, sudah berapa lama ia begitu. Logika sudah berkali-kali menenangkannya bahkan menegurnya dengan keras agar tidak kerap merengek. Namun, pada akhirnya logika iba. Maka dari itu rencanaku mememukanmu semakin kuat, karena sudah penting dan agak mendesak. Supaya ruang tersebut terisi dan berhenti meraung.
Aku mulai dari hulu semesta, mengarungi bintang-bintang dan sampailah di hilir. Dimana semesta terpecah belah, yang ada diseberang hanya ketiadaan, kekosongan. Bahkan mencarimu di galaksi-galaksi yang ada juga tak kunjung kudapatkan hasilnya. Cahaya yang menuntunku sudah semakin meredup kehilangan dayanya, bahkan bayanganmu yang sempat termanifesasi di waktu-waktu yang sebelumnya tak tampak lagi.
Sebenarnya kamu dimana?
Merenunglah aku, sambil merapikan sisa-sisa pilu yang tercecer dalam pencarianmu. Ditengah lelahnya aku, kemudian ada sebuah pemikiran timbul begitu saja, tentang : apakah ternyata kamu berada dalam ruang yang meraung itu? apa seharusnya aku bukan mencari keluar, tapi mencari ke dalam diriku? Astaga, aku baru ingat, dari literatur dan syair-syair yang pernah kubaca, ruang yang kerap meraung itu, bernama hati.
Dimana ruang dan waktu membeku didalamnya.
Komentar
Posting Komentar