Aku dan Kagumku.
Untukku.
Dan untukmu diluar sana yang mengagumi dari sisi paling gelap.
Merasa abu-abu, karena ia terlalu gemerlap,
untukmu yang rasa cintanya berisik,
namun akhirnya memilih senyap.
Dan untukmu diluar sana yang mengagumi dari sisi paling gelap.
Merasa abu-abu, karena ia terlalu gemerlap,
untukmu yang rasa cintanya berisik,
namun akhirnya memilih senyap.
Aku melihatmu. Dengan senyum yang sering kali kutuangkan dalam tulisan dan lukisan. Yang itu-itu saja. Kamu dan kamu lagi. Namun jemu sudah punah hanya karena lekukan senyum itu berasal dari kamu. Lalu apalagi? apalagi yang mampu aku tulis dan gambarkan tentangmu? Aku sudah mencoba semua, menggambarkanmu dalam bentuk imajinatif yang menentang hukum-hukum realisme. Membuatmu jadi bunga puisiku, jadi nada laguku. Aku pernah merasakan kagum, sekagum itu!
Namun aku tak sanggup, belum ada kata-kata yang dapat menggambarkan rasa tidak sanggupku itu. Entah apa alasannya, entah apa rasanya. Hanya saja aku tak pandai memulai, aku terlalu takut merusak keadaan, aku takut aku tak bisa kagum lagi bahkan dilarang untuk kagum padamu. Tak apakah aku takut? aku manusia yang berperasaan juga.
Ah, kagum itu rumit. Kenapa kekaguman jatuh kepadamu?
Sial.
Komentar
Posting Komentar