Bisik.


Semesta menjahili lagi, dalam interval singkat kita duduk berdampingan lagi, bicara ringan sambil menutupi kegugupan. Ingin rasanya secara mendadak aku mendekatkan mulut ke telingamu dan membisikkan :

Hei, aku jatuh cinta padamu lho. Taukah kau kalau tulisan-tulisan yang kau baca tiap malam itu hanya kutulis untukmu? Hahaha, ya memang sangat terbaca terlalu melankolis sampai mungkin kau tak percaya kalau aku yang benar-benar menulisnya. Dan ya, semua metafora memang untukmu.

Hei, jadi setelah ini kamu akan kemana? Studi lanjut atau cari pengalaman di dunia pekerjaan? Aku setuju apa saja, asalkan kamu menemukan dirimu didalamnya, aku bahagia juga. Masalah karier itu terserahmu, yang jelas aku tak akan memaksamu bekerja dan aku tak akan memaksamu berdiam dirumah. Aku akan selalu memberimu kebahagiaan dan manifestasi kebahagiaan yang paling fundamental bagiku adalah kebebasan. Jadi, ya, jadilah bebas.

Hei, jadi bagaimana? Mau 'kan suatu saat kita keliling dunia? Aku berniat mengajakmu mencicip Kaviar di Norwegia atau pergi membelai pasir di sekitar Piramid Giza atau berlarian diatas gugur bunga Sakura atau menggigil berdua di Greenland atau cuma sekedar duduk-duduk mengemil pretzel di tengah gemerlapnya Paris. Dunia hanya seluas kita berdua jadi kuyakin kita bisa.

Hei, kau setujukan kalau nanti tua kita tinggal di pedesaan? Membesarkan dan merawat ternak di pekarangan sebagai kesibukan. Hanya menghabiskan hari dengan bercerita tentang rasa kita yang tak berubah dari semula, setiap harinya, mencita-citakan keabadian walau setelah kematian. Mengabadikan kebersamaan, memfanakan waktu.

Hei, tunggu....

Perasaanmu sama denganku kan? Oh sial, jadi ternyata tidak!? maaf.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Sekarang

Dad, how did I do?

Sepotong Rindu