Tidak ada yang salah.
Tak perlu ada yang salah, dipermasalahkan dan menanggung kesalahan. Pada akhirnya kita tak pernah bisa merencanakan akan jatuh cinta kepada siapa, dengan kadar kekaguman yang tak bisa juga ada batasnya. Tak ada salahnya ketika kita kagum kepada entitas yang kita puja secara subyektif, baik ia milik orang atau sudah menolak terang-terangan. Kita tak pernah bisa merencanakan akan menghabiskan banyak waktu yang menguras baterai perasaan, tak ada jatuh cinta yang sia-sia, tak ada manusia yang disia-siakan.
Lalu siapa yang tau waktu akan merubah kita dan dia yang kita kagumi? Apakah ia akan jadi milik orang lain selamanya atau suatu saat malah ia yang mencari kita sampai ke ujung dunia. Semua orang akan jadi kemungkinan yang sama besar potensi terjadinya. Jatuh cinta tak mengenal hukum probabilitas, ia berubah seenaknya, terus menerus mengubah gugus senyawa perasaan secara dinamis bahkan sepersekian detik intervalnya.
Kita tak perlu merasa salah pada jatuh cinta, kita tak perlu merasa salah pernah jatuh cinta dan kita tak perlu menyalahkan jatuh cinta walau secara subyektif kita merasa ada suatu kesia-siaan dan merasa disia-siakan. Pupuklah tunas kagum sampai ia tak sanggup lagi karena sudah kebanyakan kandungan yang diperlukan, perkara tunas akan mati karena iklim tak cocok untuk tumbuh itu perihal nanti.
Dan jalan jatuh cintamu itu benar-benar prerogatif yang diberikan Tuhan kepadamu. Termakan kata-kata orang bukan sesuatu yang pantas melekat dalam hal-hal individual. Apa urusannya kata mereka dengan kebahagiaanmu? Jatuh cinta tak perlu validasi orang lain, jatuh cinta hanya butuh validasimu dan tempat jatuh cintamu. Lalu, seharusnya kita semua bertanya ulang pada diri kita sendiri : apa urusannya kata orang dengan kebahagiaan kita?
Dan jalan jatuh cintamu itu benar-benar prerogatif yang diberikan Tuhan kepadamu. Termakan kata-kata orang bukan sesuatu yang pantas melekat dalam hal-hal individual. Apa urusannya kata mereka dengan kebahagiaanmu? Jatuh cinta tak perlu validasi orang lain, jatuh cinta hanya butuh validasimu dan tempat jatuh cintamu. Lalu, seharusnya kita semua bertanya ulang pada diri kita sendiri : apa urusannya kata orang dengan kebahagiaan kita?
Cinta adalah hak Tuhan, kepada siapa cinta akan jatuh itu di luar kuasa kita. Kuasa dari mana lagi yang dapat memilihkan kita satu insan dari sekian milyar entitas selain kuasa yang absolut? Kemungkinan selalu ada, dari situ aku selalu berkata pada diriku : Tak ada yang salah dengan bagaimana dan kepada siapa aku jatuh cinta.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus