Bias.


Sebagai orang yang tak pernah ingin berhenti mempertanyakan, kita pasti sering tersesat pada kebingungan. Di persimpangan jalan, memilih ke kiri atau ke kanan atau bahkan kembali ke belakang. Dan puncak kebingungan dicapai ketika..... kata-kata sudah tak lagi dapat menggambarkan dan menjadi bagian dari visualisasi akan maksud yang kita punya.

Beberapa akan kujabarkan,

Ada yang memetaforakan kalimat-kalimat indah sebagai tautan dari maksud tertentu, orang-orang labil biasanya suka mendengar atau membaca serangkaian tulisan yang mencerahkan mata dan memanjakan telinga. Tapi tidak sampai ke rasa dan logikanya. Manusia biasa yang indranya tumpul, mudah saja menggamblangkan sesuatu yang esensinya kompleks.

Cinta. Siapa yang sejatinya tau akan maknanya? Bahkan penyair agung Kahlil Gibran pun mengaku amatir soal percintaan. Kuyakin kau tak tau dia, kau kurang baca, sama. Kata-kata tak cukup menggamblangkan essensinya, indra manusia dan budaya kata tak cukup sampai kedalam pemvisualisasian dari cinta itu sendiri. Akhirnya, timbul tafsir, tafsir, multitafsir. Menurut si ini cinta begini, menurut si itu cinta begitu. Tak ada orang yang kurang romantis, ia menafsirkan cinta versinya. Jangan renggut hakikat nalarnya dengan penyamarataan pemahaman. 'Paham' sendiri adalah suatu kebebasan, suatu hak asasi.

Senja. Apa kau setuju dengan penggambaran manusia-manusia pengejar senja itu? Senja beginilah, senja begitulah. Aku? jangan tanya. Beberapa penggambaran orang yang tak pernah memaknai keindahan senja bahkan membuatku ingin muntah. Ya, ya. Sebelum kau ingatkan pun aku paham. Itu hak mereka. Hanya saja penggambaran mereka sangat jauh dengan senja yang ada dibayangkanku, keindahan yang pernah kukata-katakan sangat tak dapat memvisualisasikan memoriku akan senja itu sendiri.

Kata-kata.  Setelah kau baca frasa dan paragraf sebelumnya. Kali ini kuberikan fakta tentang kata. Percayalah ada kata-kata yang belum ditemukan, kata-kata yang secara logis masih terlalu kompleks untuk di mengerti, kata-kata yang secara etimologi belum bisa mewakili atau menjadi perwakilan akan peristiwa tertentu. Ada kata-kata yang secara kongkret bisa mewakili perasaan, peristiwa, kejadian, keindahan bahkan hal lain sekalipun. Tapi manusia tak sanggup sampai kesana, sampai ke logika kata-kata, logika makna.

Maka dari itu, aku biasa tak bicara. Karena kata-kata sudah entah artinya. Maaf, aku tau kau berharap akan susunan kata  yang bisa kau kuotasi karena terdengar indah maknanya dan terasa manis didengarkannya. 

Namun percayalah,

'Indah', 'cantik', 'menawan', 'manis', 'atraktif' dan deretan omong kosong lainnya.

tak cukup dapat menggambarkanmu.

dari arah mataku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Sekarang

Dad, how did I do?

Sepotong Rindu