Suatu saat


Mungkin suatu saat,

Kau menemukan lelaki familiar yang sepertinya pernah kau kenal, saat kau disudut kafe. Dan kau menyadari, lelaki itu selalu curi pandangan, memandangimu diam-diam. Dan kau bisa melihat kekaguman dan rasa penasaran dimatanya. Sampai akhirnya kau berhasil ingat, dia kenalanmu di suatu tempat dulu. Berusaha mengingat namanya, namun lupa. Kemudian lelaki itu berjalan kearahmu, kau pun berdebar. Dia menyapa terlebih dahulu, apakah kau dia, wanita yang ia kenal dulu. Dan kau membenarkan, dan terjadilah perkenalan ulang. Seperti skenario klasik, kalian berbincang satu meja, berlama-lama, melewati senja, hingga malam renta. Dan kau ingat, dia lelaki yang mengucapkan "Selamat wisuda" dengan lirih.

Mungkin suatu saat,

Kita akan bertemu saat kau sedang menempuh studi master di benua tertentu, aku sendiri, berkelana, dengan tas besarku. Lalu karena kita saling mengenal, kita saling menyapa dan entah apa alasannya kita berbincang tak tau waktu, melupakan rutinitas, bicara bebas. Dan setelah itu, kita bertukar kontak, karena yang lama sudah kadaluarsa. Berbincang di telepon, saling kirim surat, lalu sederhananya, kita jatuh cinta.

Mungkin suatu saat,

Aku akan menjadi orang yang tak kau duga sama sekali atau bahkan orang yang sangat kau harapkan untuk datang mengetuk pintu rumahmu, bertemu orang tuamu dan menyatakan diri ingin meminangmu dengan segala sesuatu yang kusiapkan. Dan walaupun aku tau, di umur semuda itu entah apa sudah pencapaianku. Ketika itu mungkin aku takkan di restui orang tuamu atau bahkan mereka menyerahkan sepenuhnya keputusan padamu. Sampai akhirnya kita memutuskan sebuah perjalanan baru. Mungkin saja seperti, menaklukkan kejam dunia, berdua.

.
Ya,

Mungkin suatu saat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Sekarang

Dad, how did I do?

Sepotong Rindu