Harap

Tulisan-tulisanku dan aksara-aksara yang kau baca mungkin terasa lucu di waktu yang akan datang. Tentang celotehan-ku atas tak adilnya penciptaan ruang dan waktu. Tentang mengapa terjadi perpisahan dan jarak yang tak tentu. Dan tentang mengapa Tuhan menciptakan rindu? Oh mungkin supaya aku menghargai hadirmu, pantas mencarimu dan suatu saat menyesali kehilanganmu.

Lucunya aku merindu kepada seorang perempuan yang entah siapa namanya, entah dimana keberadaannya. Perasaanku terus mencaci-maki kekosongan dan menuntut segera direalisasikan untuk bertemu. Namun, akalku kehabisan akalnya. Kemana harus mencari dan siapa harus ditanya.

Sekarang hanya imajiku yang bisa bermain liar, membayangkan suatu saat diriku yang antah berantah tak terurus. Akan menjalin sebuah komitmen seumur hidup dan membagi ke-egois-an-ku pada seorang wanita yang tak sekalipun pernah bertamu. Lalu kau akan mengurusku dan mengajariku kearifan-kearifan dunia yang kau tau.

Awalnya kita akan jauh saling mengerti, saling menghilangkan kemauan diri. Lalu timbul waktu-waktu kita introspeksi tentang kelayakan diri atas komitmen ini. Mungkin salah satu harus pergi jauh, untuk mematangkan jati diri. Pergi ke benua seberang. Mulai kita bertukar pesan, berisi huruf-huruf yang terangkai dan kalimat-kalimat penuh hiperbola. Dan saling tersenyum atas jarak yang malah mendekatkan.

Sambil kita menua, menjalani hari-hari penuh pembelajaran dan pendewasaan. Kita berdiskusi, tentang mata pencaharian, tentang keberlanjutan hubungan atau mungkin tentang keturunan. Lalu ada kondisi dimana mungkin kita akan saling diam, saling berbeda pandangan walaupun maksudnya demi kebaikan.

Sesampai pada waktunya, kita saling sadar. Kita sadar bahwa kita adalah dua insan, yang saling membagi sayapnya, untuk terbang mengangkasa. Kita sadar bahwa kita adalah sepasang sayap, yang mencoba untuk saling mengangkat, saling memperjuangkan dan saling menjaga keseimbangan.

Sampai waktu itu datang, ketika aku dipertemukan denganmu. Pernah kubertanya pada Tuhan mengapa tak segera bertemu, awalnya kupikir agar aku memperbaiki diri lebih jauh. Tapi semakin begitu, aku malah semakin mengharap dirimu.

Kelak, aku berharap pada Tuhan, apabila Ia menginginkan aku tuk jatuh cinta padamu, jatuhkanlah aku sejatuh-jatuhnya dan bantinglah aku sekeras-kerasnya. Sampai aku tak sanggup untuk jatuh cinta kepada yang lain selain dirimu.











Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Sekarang

Dad, how did I do?

Sepotong Rindu