Yang Berhak Dipertuankan
Tuan, untuk inikah Kau ciptakan perbedaan?
Manusia-manusia sekarang saling membunuh, Tuan. Mereka membunuh atas namaMu. Yang benar dan yang salah sekarang hanya Kau yang tau. Mereka saling mencaci maki selagi mereka sama-sama menyembahMu. Tuan, HambaMu sekarang tak mau lagi mengenal saudaranya. HambaMu tak mau lagi menghargai pikiran yang Kau ciptakan berbeda-beda itu.
Tuan, apakah aku benar-benar bersaksi atas namaMu?
Aku tak pernah berjumpa denganMu. Indraku tak pernah sanggup merasakanMu. Tapi Tuan, hati ini memilih yakin kepadaMu. Ataukah hati ini terpaksa begitu? Apakah benar hidup dan matiku hanya untukMu? Lalu kau beri nilai kepadaku, yang masih entah layak atau tidak itu. Apakah aku benar-benar dapat diterima menjadi hambaMu, Tuan?
Tuan, apakah usahaku untuk mengesankanMu tak pernah cukup?
Kata orang sholatku hanya kelas orang awam, Puasaku hanya menahan lapar dan haus, Sedekahku masih menyayangkan hartaku, Dzikirku masih memiliki keinginan dibaliknya dan Kebaikanku hanya kedok untuk sesamaku. Dan setelah kulakukan semua itu, apakah usahaku sia-sia? apakah ketidak ikhlasanku dalam semua itu tidak cukup untukMu, Tuan?
Tuan, mohon maaf atas pertanyaan-pertanyaanku. Aku cuma budak pemalas yang tak pantas mempertanyakan arti dari petunjuk-petunjukmu.
Tuan, mohon maaf aku tak bermaksud melawan.
Hanya saja, bagiku. Kaulah yang berhak kupertuankan.
Komentar
Posting Komentar